Sama halnya perang, kemajuan IPTEK juga mempunyai dua sisi
yang berbeda. Sisi positif dan sisi negatif. Memang tujuan awal ide-ide
brilian para ilmuan adalah untuk kemaslahatan umat manusia, tapi pada akhirnya
banyak dari mereka termakan sifat-sifat kehewanan untuk membuat penemuan yang
justru mengancam kehidupan manusia, bahkan lebih parah lagi, kehidupan bumi.
Refolusi industri di Inggris telah mengubah dunia seratus
delapan puluh derajat. Dari penebangan pohon untuk membuat surat, menjadi
telegram, dan terus berkembang sampai yang paling mutakhir video converent
dimana dua insane saling berkomunikasi tanpa mengenal jarak dan waktu, ekslusif
seperti halnya ngobrol empat mata dalam acara coffee break.
Perkembangan IPTEK sebagai dampak yang paling dominan
melesat bak shinkansen. Hampir di setiap sudut dunia terdapat teknologi,
sebagai buah pikiran para penerus James Watt itu. Tak heran jika sekarang
disebut era teknologi.
Tak terhitung memang jumlah ‘Black Inventing’ dari era awal
revolusi industri sampai abad millennium ini. Salah satu yang paling fenomenal
adalah bom nuklir. Kakek dari petasan ini dapat membuat sebuah negara porak
poranda dalam sekali pukul. Ironisnya,
dampak buruk dari bom ini tidak berhinti di situ saja. Radiasi nuklir yang
dihasilkan dapat membunuh manusia dan lingkungan sekitaar ledakan. Korban
perdananya adalah Jepang. Di negeri matahari terbit itu dua bom nuklir sukses
memperlihatkan eksistensinya ke public dengan meluluh lantakkan dua kota,
Hiroshima, dan Nagasaki. Bahkan menjadikan kota itu kota mati sampai sekarang.
Oleh karena itu, penulis tergerak untuk melakukan studi kasus mengungkap
perjalanan bom nuklir yang menjadi buah bibir setelah peristiwa tersebut,
bahkan menjadi komoditas yang digadang-gadang bias menjadi senjata paling hebat
yang pernah dibuat manusia.
No comments:
Post a Comment