Sunday, November 11, 2018

Katak Ini Hidup Di Limbah Jeans. Apa saja perubahannya?

Jadi ini adalah lanjutan dari tulisan saya sebelumnya, (baca juga: Ada yang masih hidup di limbah jeans) yang sedang meneliti pengaruh limbah pencucian jeans terhadap organisme. Ada satu hewan unik yang menurut saya sangatlah rentang terhadap pencemaran air namun bisa hidup di sungai ini, dan populasinya melimpah. Hewan tersebut adalah katak sawah dari Genus Fejervarya (untuk detail spesiesnya belum saya identifikasi karena bukan terkait penelitian saya). Katak ini menarik perhatian saya dari pertama saya datang dan memancing di sungai yang tercemar limbah ini.

Katak merupakan salah satu hewan yang paling sensitif terhadap pencemaran air. Bahkan bisa dikatakan bioindikator air bersih. Hal ini dikarenakan kulit katak yang permeable dan berudu katak mudah terganggu dengan adanya perubahan lingkungan. Nah, di sini tidak bakal saya bahas lebih dalam karena bukan itu fokusnya.
Katak Fejervarya yang hidup di air limbah jeans 

Menurut Malkmus, et. al. tahun 2002 di bukunya berjudul Amphibians & Reptiles of Mount Kinabalu (Nort Borneo), katak genus Fejervarya beraktivitas pada malam hari dan merupakan katak yang suka meliang di tanah. Sering ditemukan di badan air seperti kolam, kanal, sawah, dan sebagainya. Katak ini memiliki pakan serangga, miliped, dan bahkan siput. Uniknya katak di Sungai di Desa Wonoyoso yang tercemar limbah pencucian jeans ini aktif pada siang hari. Mereka sangat aktif mencari makan pada siang hari. Bahkan pada saat saya memaning sekitar jam 10-12 katak ini sering melompat mau memakan umpan pancing dan pelampung pancingan saya. Bahkan saya mencoba memancingnya dengan sengaja mengarahkan umpan pancing saya ke depan katak dan disambar. Tidak hanya itu, banyak katak yang berada di tempat terbuka dan mencari makan di jam tersebut. Di saat katak normal jam tersebut adalah jam untuk berlindung dan beristirahat. Perbahan warna dari katak-katak ini juga sangat terlihat. Kulitnya menjadi gelap kehitaman karena air limbah. Hasil observasi ini memang membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dampak yang sebenarnya terhadap perilaku katak. Pada saat observasi, sungai benar-benar hanya berisi limbah pencucian jeans.

Dampak dari limbah ini memang sudah sangat terasa, banyak spesies yang mati karena semakin banyaknya limbah di sungai ini. Spesies-spesies ikan yang dulu pas saya kecil ada, sekarang sudah menghilang ditelan limbah. Entah seberapa lama katak ini bisa bertahan di sungai berlimbah ini. Saya tidak yakin mereka bisa bertahan lama kecuali ada regulasi dan tindakan nyata dari pihak berwenang untuk menyelamatkan kehidupan air di desa ini.